Untukmu, Seseorang yang Sedang Berusaha Kuimbangi

14.30

Aku bahkan tidak tahu topik tentang apa yang harus kutulis tentang kamu kali ini, yang jelas hatiku merasa kelelahan luar biasa. Selama beberapa minggu ke belakang, kamu mengajakku untuk mendaki, menuntunku untuk berjalan disamping kamu, sampai sekarang aku sudah berada di puncak sayang-sayangnya sama kamu. Lalu, entah bagaimana jalan pikiran kamu, setelah itu kamu dengan sengaja mendorongku kuat-kuat hingga aku terjerembab jatuh dengan naasnya. Mungkin aku terlalu cepat menerjemahkan bahasamu, aku bahkan terlalu peka terhadap apapun yang kamu katakan; yang mungkin saja itu tidak benar-benar berasal dari hatimu. Apakah kamu sudah pernah belajar bagaimana memahami perasaan perempuan? Rasanya kamu tidak usah berkata apapun tentang perasaan kamu jika pada akhirnya hanya akan berakhir seperti ini.

Mungkin kamu menganggapku hanya sebagai gadis remaja ingusan yang mudah sekali kamu permainkan. Kamu bisa saja datang dan pergi sesuka hati kamu tanpa peduli perasaan dan hati ini yang sudah banyak berkorban demi kamu. Tahukah kamu? Aku beberapa hari ini telah berusaha mengejar ketertinggalanku atas dirimu. Memangnya bisa apa, sih, gadis berusia delapan belas tahun ini mengimbangi pria berkacamata berumur dua puluh tiga yang serba bisa seperti kamu? Kamu berkali-kali berkata kepada sahabatku bahwa kamu harus berpikir dua kali untuk tetap bertahan bersama aku yang sama sekali tidak sejalan dengan kamu. Aku, orang yang serius; atau entah kamu menganggapnya apa, memang sulit sekali untuk diajak berkelakar dengan pria humoris dan cablak macam kamu. Mungkin lebih baik aku berintrospeksi diri daripada banyak berharap.

Kamu menghilang selama dua hari. Dengan sengajanya kamu memasang foto kamu dan mantan kamu di display picture BBM. Dengan jahatnya kamu bernostalgia seakan-akan kita tidak pernah berbagi cerita bersama. Ah, lalu aku hanya mencicipi suguhan memilukan yang kamu sajikan dengan gencarnya. Selebihnya, aku kemudian menyadari bahwa aku mungkin sedang kamu permainkan. Memangnya, aku boneka apa? Setelah kamu dan sahabatku melakukan perdebatan yang cukup sengit tentang gambaran pria brengsek, akhirnya kamu kembali. Rasanya canggung sekali. Sejak saat itu, aku kemudian berusaha merubah diriku menjadi sosok lain. Aku bahkan sudah tidak mengenali diriku sendiri. Aku yang semula begitu cuek dan masa bodoh berubah menjadi seorang gadis bitchy agar menarik di depan kamu. Waktu itu, kita beradu pendapat tentang Si Bego dan Si Pintar. Kamu berkata bahwa pintar tidak berarti harus ahli dalam bidang akademik, melainkan bagaimana tentang cara menghargai diri sendiri dan menyikapi masalah. Tapi aku juga berkata bahwa Si Pintar tidak mungkin berbelit-belit dalam berbicara, tidak mungkin bertingkah seperti bocah kecil saat mengambil keputusan seolah dia tidak akan pernah menginjak dewasa. Mungkin kita berdua harus sama-sama belajar untuk menjadi pintar dalam cara pandang kita sendiri. Ah, tetapi harus kuakui, aku telah belajar banyak dari kamu. Aku pernah berkata bahwa jika ingin cantik maka jadilah diri sendiri, namun kamu kemudian berkata bahwa tidak masalah menjadi diri sendiri, namun yang menjadi masalah adalah bila kita belum menjadi yang terbaik dan tidak berusaha berubah dengan alasan menjadi diri sendiri. Dan entahlah, setelah itu aku kemudian merasa harus berusaha untuk menjadi yang terbaik; terutama di mata kamu. Sudah berhasilkah usahaku?

Aku hanya seorang pemimpi yang senang berimajinasi dan menulis, sedangkan kamu adalah seorang teknisi mesin yang merangkap sebagai personil band metal. Bahkan saat menulis ini, telingaku sengaja kusumpal dengan musik hasil aransemen kamu; yang kamu bilang jangan dulu disebar karena masih rahasia. Aku selalu menyukai hasil tanganmu, aku begitu menikmati alunan keyboard string yang berpadu dengan dentuman drum-mu. Tidak, aku tidak berlebihan. Hasil karyamu memang selalu mengagumkan dalam sudut pandangku. Kamu memang pantasnya berpasangan dengan wanita yang serba bisa seperti kamu, bukan dengan aku yang hanya menggantungkan mimpi setinggi-tingginya namun entah kapan bisa mewujudkannya.

Ah, Tuan, aku mulai lelah menulis ini, namun jika usahaku ini tidak berhasil, kamu bebas meninggalkanku kapan saja. 


Dari gadis bodohmu

0 komentar