Nyanyian Sendu Hujan

08.33


Kini, hujan tak lagi istimewa.
Rintikannya tak mampu lagi menyajikan kebahagiaan. Awan hitam pun sama, ia tak lagi bersemangat menjatuhkan kandungan airnya.
Karena mereka tahu, semua telah berbeda.
Mereka tak lagi memiliki objek untuk mereka bahagiakan.
Tentu saja, saya masih setia dengan hujan. Tetapi tidak dengan kamu.
Entahlah, menurut kamu, hujan hanyalah butiran air yang turun tanpa arti.
Saya pun tak mengerti, mengapa keadaan menjadi berubah berbalik seperti ini?


Nyatanya, saya menemukan perbedaan yang kentara sejak kamu pergi.
Kamu sekarang menjadi lebih.. serius.
Dulu, kita sering berceloteh tentang hujan. Menyanyikan senandung hujan. Lalu menari di bawah hujan.
Saya bahagia ketika itu; ketika kamu belum sepenuhnya berubah.


Saya merasa sakit sekali jika mendengar kata hujan.
Ketika wangi tanah basah yang diguyur hujan hanya aroma pahit yang menyesakkan.
Belum lagi daun-daun yang tertawa gembira mencicipi karunia Tuhan kini berubah menjadi tawa cemoohan yang menusuk ulu hati.
Saya hanya bisa bertanya-tanya apa yang terjadi.


Baiklah, sebelumnya, hujan hanya untuk saya dan kamu saja.
Kita biasa bermain dengan hujan, dengan rambut basah yang selalu menjadi khasmu.
Kita saling tertawa di bawah hujan. Saling berpeluk di bawah desahannya.
Sebelumnya juga, setiap kenangan bersama hujan menjadi sangat manis karena saya bersama kamu.
Tetapi kini, hanya saya yang mencicipi kepahitan yang telah hujan ciptakan.
Saya hanya bisa tersenyum getir saat hujan mengajak saya ke dunianya.
Tak ada lagi genggaman hangat saat hujan menyelimuti saya dengan dinginnya.
Tak ada lagi rengkuhan nyaman tempat saya berpaling saat saya telah bosan bermain bersama hujan.


Kini, di bawah hujan saya hanya sosok manusia kesepian.
Saya tak lebih dari seorang manusia sedih yang berjalan di bawah hujan agar orang-orang tidak tahu bahwa saya sedang menangis.
Separah inikah?

Tak ada lagi senandung hujan.
Kini ia hanya menjadi nyanyian sendu yang saya senandungkan sendiri; karena mengenang kamu.

Kamu telah menjadi sosok lelaki jahat yang merusak kebahagiaan.
Kamu telah pergi bersama bayang-bayang yang berusaha mengejarmu.
Dan, kenangan tentang hujan kau tinggal disini, bersama saya.


Saya tak akan peduli, saya akan tetap menjadi pengagum setia hujan.
Hujan telah mengajarkan saya banyak hal.
Hujan memang berbekas, tetapi itu tak lama.
Ketika matahari datang, jejak hujan akan hilang seiring ia menunggu kapan ia akan datang kembali.
Seperti kamu.
Kenangan tentang kamu mungkin berbekas, namun suatu saat akan ada matahari baru yang datang dan menghapus semua jejak yang sengaja kau tinggalkan.

 
Dan, terimakasih telah menemani saya bermain bersama hujan.
Karena kamu, saya jadi tahu bahwa kamu; yang saya inginkan, bukan yang saya butuhkan.


Helena:)

0 komentar