Sayangnya, Sayap-sayapnya Telah Patah...

21.56

     “…kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang”

                                                                                     -Kahlil Gibran 


***

Saya terhipnotis oleh hasil jemarinya. Kata terangkai bijak menjadi kalimat indah yang tersusun rapi. Ia kemas dalam paragraf yang nantinya menjadi sebuah puisi cinta yang begitu romantis. Ia seorang penyair, ia seorang penggombal! 

Sungguh, saya jatuh cinta kepadanya.

Kemarin aku sendirian disini, kekasih. Dan kesendirianku sebengis kematian. Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tidak bersuara, di dalam pikiran malam. Hari ini aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan diatas lidah hari. Dan ini berlangsung semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilas pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan sekecup ciuman.

Saya tidak mengenal Anda, Tuan. Bahkan saya ingin sekali mengenal Anda. Namun, saya pernah sekali menjabat tangan Anda. Di dalam mimpi. Dan, tangan Anda dingin sekali. Mengapa, Tuan? Tidak mungkin bila di surga sangat dingin. Bukankah Tuhan menjanjikan keindahan disana?
Saya telah membaca puisi Anda. Dan saya terhanyut oleh kalimatnya. Bagaimana Anda bisa menulis seperti itu? Semenyakitkan itu? Siapa wanita yang pernah berani menyakiti Anda sehingga Anda menulis dalam kesakitan? Jangan sedih, Tuan. Saya juga pernah mengalami hal yang sama. 

Wahai langit, tanyakan pada-Nya.
Mengapa Dia ciptakan sekeping hati ini, begitu rapuh dan mudah terluka
saat dihadapkan dengan duri-duri cinta?
Begitu kuat dan kokoh, saat berselimut cinta dan asa.

Mencintai memang sulit, Tuan. Sulit saat kita akhirnya dihadapkan dengan beberapa kesakitan yang mendalam. Jangan salahkan Tuhan, karena Tuhan memiliki alasan. Bukankah setiap hati juga pernah merasakan bahagia? Itulah adilnya Tuhan, menciptakan bahagia diatas kesakitan.

Desiran angin membuat berisik dirimu, seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku.
Aku tak tahu maksudmu, hanya menduga.

Saya telah lama mengagumi sosok Anda. Dan saya selalu menikmati tulisan Anda, seperti saat saya menikmati secangkir teh dan beberapa potong biskuit di bawah langit senja. Sayangnya, sayap-sayap Anda yang di dunia telah patah. Pasti Tuhan telah mengganti sayap-sayap Anda agar Anda bisa bebas terbang di surga, ya? Kembali beristirahatlah, Tuan. Sungguh, Anda telah melewati masa-masa sakit di dunia.


Kahlil Gibran 1883 - 1931

Helena:)

0 komentar