Hujan Pukul Sembilan Malam

21.12

Malam ini, tepat pukul sembilan, aku berencana ingin menanyakan sesuatu kepada kamu. Apa kamu tidak ingin semuanya kembali seperti semula?
Sial. Semua kejadian-kejadian buruk belakangan ini berputar-putar tidak karuan di kepalaku. Seperti angin puting beliung, hanya menghancurkan apa yang ia sentuh. Lalu akhirnya, otakku diperintah untuk mengumpulkan setiap kepingan dan serpihan lalu mencocokkan yang satu dengan yang lainnya. Lelah, otakku tidak bisa lagi bekerja sempurna.


Lalu hujan. Padahal aku sedang ingin kesunyian. Agar aku bisa berpikir jernih tentang apa dan apa saja yang sudah berubah. Kita, kah? Keadaan, kah? Semesta yang tidak ingin kita bersatu, kah? Untuk lebih jelasnya, aku hanya ingin melompati hari-hari ini, lalu menetap di suatu masa dimana hanya ada aku dan kamu saja, persis seperti rencana-rencana yang dulu kita buat dengan senangnya. Sayangnya, tetap saja, mimpi-mimpi buruk ini harus aku jalani, barangkali dengan langkah yang terseok-seok, dengan kaki yang berdarah tertusuk kerikil, atau dengan badan yang membungkuk menahan lelah.

Aku tidak mengerti kenapa semuanya bisa terjadi begitu cepat, kemudian berbalik seratus delapan puluh derajat. Menjadi asing. Padahal baru saja kita tertawa, sekarang malah luka. Tidak ada yang salah dengan kita, hanya saja mungkin, semua hal tidak selalu berjalan sesuai rencana. Setidaknya untuk sekarang ini, aku berharap saja tidak ada yang harus berpisah, bagaimanapun bentuknya, siapapun itu. 

Aku tidak ingin menentang Tuhan, atau menentang siapapun yang memiliki kuasa di sekitarku. Aku tidak memiliki cukup kekuatan untuk membangkang dan berontak. Aku hanya mengikuti alur, dan sengaja memberi jejak agar aku bisa melarikan diri jika aku terjebak.
Dan hujan malah semakin deras.
Aku bukan mengeluh, hanya saja saat ini aku sedang lemah dan tidak percaya diri. Aku seperti sedang berada di tepian jurang, salah langkah sedikit, aku bisa mati.

Aku hampir menyerah.
Hanya hampir.
Sampai akhirnya gravitasimu dengan kuat menarikku kembali.
Mungkin tidak ada yang berubah, hanya saja Tuhan sedang senang menguji. Untuk kamu ketahui, aku tidak menganggap semua ini bercanda, aku jatuh bangun dan terluka juga, tapi setiap luka bisa sembuh, darahnya akan berhenti tiba-tiba, meskipun meninggalkan bekas. Kelak, akan terlupa dengan sendirinya, bukan? Ciptakan saja bahagia-bahagia yang baru, harusnya, kita bisa, ya?

Sekarang, sudah pukul sembilan lewat dan aku hampir lupa bertanya, apa kamu masih mau berada disini?

-h

2 komentar