Tentang Jarak dan Doa

01.01



Distance sometimes lets you know who is worth keeping, and who is worth letting go. -Lana Del Rey

Ini adalah malam ke lima sejak terakhir aku bertemu kamu.
Lama sekali rasanya, sebelum waktu menginjak bulan September nanti, dimana kita bisa bertemu lagi.
Pertemuan denganmu selalu singkat, hanya berjatah tiga hari dalam dua minggu, namun terasa seperti dua abad.
Selebihnya, kita harus terjebak kembali dalam sebuah permainan bernama menunggu. Jarak sebagai ruangnya, dan waktu sebagai wasitnya. 

Kadang, aku selalu bertanya-tanya, kenapa Tuhan menciptakan jarak?

Lalu, aku sadar, jarak adalah sebuah penguji untuk mengetahui seseorang lulus atau tidak, berhasil atau tidak dalam menempuhnya.
Jarak ada, untuk diperjuangkan. Bersama-sama.

Namun kenyataannya, aku benci berada dalam kungkungan jarak.
Aku benci ketika hanya melihat kamu lewat layar maya. Ada, tapi tidak terasa.
Dan terkadang aku merasa begitu lelah menjalani hitungan detik.
Rasanya tak pelak lagi, aku memang butuh kamu disini.
Dan, aku bukan manusia maha sabar. 
Aku selalu merutuk tak karuan, mengeluhkan seberapa jauhnya kita.
Mengeluhkan bermil-mil apa yang terbentang di antara kita.

Setelah itu, aku kemudian menemukan diri, di suatu tengah malam, tengah bercakap dengan Tuhan.
Lewat lantunan doa yang terapal dengan apik.
Terangkai dengan kata-kata paling manis.

Lalu kata Tuhan, bersabarlah.

Iya. Memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain bersabar.
Selain menyampaikan doa.
Selain menunggu.
Dan itu pula yang selalu kau katakan.
Membuatku malu, mengapa harus menjadi api untuk bersama air seperti kamu.
Sedangkan aku sudah lebih dulu tahu, api selalu kalah oleh air.

Kemudian, aku kembali menyadari bahwa tidak ada yang paling indah selain menyelipkan nama seseorang dalam doa. Namamu.
Dengan harapan semoga Tuhan dengan cepat mewujudkan.
Kelak, tidak ada lagi jarak.
Kelak, ia akan menjadi kawan.
Kelak, kita akan bertukar doa bersama setelah sholat-sholat malam.
Lalu paginya, kelak, kamulah orang pertama yang aku lihat saat bangun.
Kelak.

Percayalah, tidak ada doa yang tidak sampai.
Terimakasih sudah menjadi air, aku mensyukurinya lewat hujan.

for you,
who showed me
the moonlight tonight
ditulis dengan rindu,
Helena

0 komentar